Namanya desa Mapin Rea yang berada paling ujung di bagian
selatan Kecamatan Alas Barat yang merupakan kecamatan pemekaran dari kecamatan
Alas yang menjadi kecamatan induknya. Desa Mapin Rea tak lebih dari sebuah desa
terpelosok jika kita melihat dari letaknya yang berada di ujung. Tetapi “terpelosoknya” desa Mapin Rea sangat berbeda
dengan desa-desa lain yang senasib yakni desa terpelosok yang berada di
Kecamatan lain di Kabupaten Sumbawa Sabalong Samalewa Intan Bulaeng ini.
Dulu
desa Mapin Rea sangat terkenal, bukan karena terpelosoknya tetapi karena potensi
Sumber Daya Alam yang dimilikinya dan memang terkenal sebagai salah satu desa
yang tersubur di kecamatan Alas Barat. Bukan hanya itu, Desa Mapin Rea lebih
dikenal di dunia luar dengan desa “TIU SEBANGKA”. Kenapa demikian? Karena konon
katanya dari cerita sesepuh desa bahwa salah satu potensi besar yang dimiliki
desa Mapin Rea adalah “Waterfall Tiu Sebangka”. Konon ceritanya sampai
dinamakan Tiu Sebangka adalah karena pada zaman dahulu air terjun ini sering
dikunjungi muda-mudi untuk rekreasi. “Sebangka” sendiri diambil dari kata “sebage/manjeng”
atau dalam bahasa Indonesia berarti pacar atau berpacaran. Di tiu sebangka dulu juga sering didatangi
oleh pasangan pengantin yang baru resepsi bersama keluarga besar kedua mempelai
dan tentunya bersama muda-mudi yang lainnya pergi untuk “BOLANG ODAK”. Meskipun
jarak tempuh menuju pusat pemandian Tiu Sebangka cukup jauh dari pemukiman
penduduk, tetapi tidak mengurungkan niat para tamu yang haus akan keindahan
sungai yang asri itu. Jarak dari pemukiman warga sekitar kurang lebih 5 KM dan
bisa diaskes menggunakan kendaraan bermotor. Sungguh banyak cerita dari
keberadaan Tiu Sebangka dan efek yang dirasakan oleh warga desa Mapin Rea khususnya,
karena setiap hari-hari besar dan libur sekolah pemandian Tiu Sebangka selalu
dipadati pengunjung baik yang datang dari desa di sekitar kecamatan Alas Barat mapun
pengunjung yang datang dari luar kecamatan Alas Barat yang secara tidak
langsung berimbas kepada para pedagang yang berada di desa Mapin Rea dan tentu
perputaran ekonomi cukup baik saat itu semenjak tiu sebangka masih benar-benar
dianggap ada. Tentu hal semacam ini sangat dirindukan oleh warga desa Mapin Rea
saat ini karena banyak harapan dengan
hidupnya kembali Tiu Sebangka dalam artian masih dikenal dan dikunjungi seperti
dulu.
Kehadiran Tiu Sebangka dari dulu
memang sangat bermanfaat bagi warga desa Mapin Rea dan sekitarnya bukan hanya
dari potensi wisata yang dimilikinya, akan tetapi kehadiran Tiu Sebangka menjadi
penting sebagai daerah resapan air dan penyuplai air untuk sawah dan ladang
bagi warga desa yang sebagian besar bermata pencarian sebagai petani . Tiu Sebangka
salah satu aset desa Mapin Rea terlebih kecamatan Alas Barat yang sungguh
mubasir jika kurang bahkan tidak diperhatikan karena sungguh langkah potensi
semacam itu. Memang Tiu Sebangka tak sebesar dan sepopuler objek wisata lain
diluar sana. Tidak menutup kemungkinan bukan? Tiu sebangka akan lebih besar
gaungnya, akan lebih pamor jika diperhatikan dan diberikan fasilitas seperti
objek wisata lain. Bagaimana tidak, jangankan berkunjung ke tiu sebangka, ke
Mapin Rea pun orang luar akan berpikir panjang untuk pergi jika tidak karena
persoalan mendesak dan persoalan keluarga karena akses jalan yang masih “compang-camping”
itu. Kini desa Mapin Rea yang kaya potensi itu tidak lagi dikenal sebagai desa Tiu
Sebangka karena desa Mapin Rea saat ini dan tak tahu kapan berakhirnya lebih
dikenal dengan predikat desa lenge ola (jalan rusak). Oh…. Tiu sebangka,
riwayatmu kini, pamormu yang dulu tenggelam sudah oleh lumpur jalan yang persis
sama dengan warna air bah itu. Dan semoga predikat desa “lenge ola” itu cepat
berakhir dank au Tiu Sebangka mampu menggema kem