Senin, 05 Agustus 2013

PEMUDA KREATIF TIU SEBANGKA “Akomulasi Kreatifitas Pemuda Mapin”



Gelombang ekonomi dunia saat ini sudah berkembang dengan cukup pesat di negara – negara seluruh benua tidak terkecuali di Indonesia. Gelombang ekonomi dunia saat ini lebih dikenal dengan gelombang ekonomi kreatif atau sering juga di sebut era konsep dan kreatif. Gagasan merupakan input dan output dari kegiatan ekonomi kreatif yang merupakan jantung dari industri kreatif masa kini.
            Berangkat dari penjabaran singkat di atas, pemuda sangat memiliki andil untuk bergelut dan mengembangkan diri melalui berbagai kegiatan dan aktivitas yang mengarah pada pengembangan kreatifitas Sumber Daya Manusia yang dimiliknya. Hal ini tentu sangat perlu dilakukan agar terbentuknya keselarasan antara Sumber Daya Alam yang melimpah dengan Sumber Daya Manusia yang mumpuni dan berdaya saing. Generasi muda saat ini bukan hanya bertindak sebagai agent of kontrol, melainkan memiliki fungsi yang lebih luas yakni ikut aktif berkompetisi di tengah – tengah masyarakat khususnya di sektor ekonomi.
            Atmosfer kompetisi yang sehat juga penting dilakukan di era industri kreatif sebagai motivasi pengembangan kreatifitas yang ada pada diri para kompetitor (generasi muda). Beberapa hal itu di rangkul dengan cermat oleh sebagian besar generasi muda saat ini dengan melakukan berbagai kegiatan positif dalam mengembangkan kreatifitasnya. Pemuda Kreatif TIU SEBANGKA salah satu dari sekian banyak kelompok pemuda yang secara langsung dan berkesinambungan ingin merasakan atmosfir kompetisi di era ekonomi krEatif ini. Dengan mengangkat tema tradisional dan minimalis, Pemuda Kreatif Tiu Sebangka mencoba mengembangkan kreatifitas yang ada pada dirinya lewat karyanya berupa miniatur yang unik.
            Dalam menghasilkan produk yang memiliki daya saing, Pemuda Kreatif Tiu Sebangka dengan jeli memanfaatkan bahan – bahan ramah lingkungan. Bahan – bahan yang digunakan pun tidak sulit ditemukan, seperti rotan, stik ice cream (dari kayu), dll. Beberapa produk yang dihasilkan oleh Pemuda Kreatif Tiu Sebangka adalah :
1.      Miniatur Istana Dalam Loka ( terbuat dari kayu, rotan dan stik ice cream )
2.      Bingkai foto ( terbuat dari steroform dengan polesan pasir hitam, pasir putih dan hiasan bunga)
3.      Gantungan kunci ( terbuat dari kulit )
4.      Miniatur alang / beruga ( terbuat dari kayu, rota dan stik ice cream yang dilengkapi dengan lampu tidur berbagai warna)
5.      Miniatur rumah panggung ( terbuat dari kayu, rotan dan stik ice cream yang dilengkapi dengan lampu tidur berbagai warna)
6.      Tempat Handphone / rumah Handpone ( yang terbuat dari kayu, rotan dan stick ice cream yang dilengkapi dengan lampu tidur berbagai warna)
7.      Lampu tidur dari kerang













Kembangkan Kreatifitas, Manfaatkan Potensi Alam Sesuai Kebutuhan
                                    (Pemuda Kreatif Tiu Sebangka)
                                                      

KAMI JUGA TERIMA PESANAN SESUAI SELERA. HUBUNGI KAMI DI BENGKEL PK TIU SEBANGKA KOMPLEKS TAMAN SEJAHTERA 8 NO. 10. HP 085937053615/ 087864051728

Kamis, 07 Maret 2013

Kurikulum 2013 Penguat Karakter Bangsa



*Oleh : Fitrah Dany
*Kordinator Departemen Pendidikan & Penalaran di Forum Komunikasi Pemuda Pelajar Mahasiswa Sumbawa (FKPPMS)-Mataram NTB 


Setiap masa di suatu Negara atau wilayah memiliki perkembangan sendiri, tidak terkecuali di Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat. Mencermati perkembangan akhir-akhir ini, geliat perkembangan pendidikan khususnya di Nusa Tenggara Barat yang dikenal dengan sebutan Bumi Gora cukup baik. Dalam beberapa kurun waktu belakangan ini banyak kalangan yang menilai bahwa dunia pendidikan di NTB tidak menampakkan hasil yang begitu memuaskan. System berganti system sampai diluncurkannya berbagai macam kurikulum yang ada masih belum cukup mendongkrak kualitas pendidikan yang diharapkan. Merancang bangunan pendidikan yang ideal tentu tak semudah membalikkan telapak tangan. Berbagai upaya dan strategi yang dirumuskan oleh pemerintah selalu mendapat hambatan dan masalah dalam praktik system pendidikan itu sendiri. Hambatan yang tidak jarang kita temui adalah masih lemahnya kualitas tenaga pendidik yang ada, sarana dan prasarana yang belum memadai serta anggaran pendidikan yang belum mampu menunjang pelaksanaan system pendidikan itu sendiri.
 Berbagai program pemerintah yang telah diluncurkan mulai dari yang bersifat fisik dan non fisik, seperti pendidikan wajib 9 tahun, pendidikan gratis, Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Operasional Sekolah (BOS) dengan harapan mampu mensinergikan sekaligus untuk mendongkrak kualitas pendidikan itu sendiri. Dan yang tidak kalah penting adalah ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup memadai di sekolah untuk menunjang proses belajar mengajar. Hal ini juga tidak luput dari perhatian pemerintah meskipun belum maksimal dalam merealisasikannya, karena kita bisa melihat kurang meratanya fasilitas sarana dan prasarana penunjang terutama di sekolah-sekolah terpencil.
Berbagai program tersebut tidak akan berjalan lancar tanpa dukungan semua komponen yang ada, mulai dari masyarakat yang nantinya akan berperan penting dalam mengontrol dan mengawasi semua bantuan yang “di gelontorkan” pemerintah ke sekolah-sekolah. Karena masyarakat sendiri sadar bahwa selain dapat membantu meringankan beban biaya sekolah anak-anaknya dengan bantuan pendidikan tersebut juga lebih merasa bertanggung jawab akan kesuksesan dunia pendidikan. Meskipun tidak sedikit kita lihat orang-orang disekitar yang acuh terhadap perkembangan dunia pendidikan dengan persepsi dan alasan masing-masing yang terkadang tak rasional dilontarkan.
Di sisi yang lain, pihak sekolah tidak akan direpotkan lagi mengenai biaya operasional yang harus disiapkan dalam menjalankan program-program yang telah dirancang bersama. Sekali lagi karena adanya perhatian lebih pemerintah terhadap dunia pendidikan. Hal ini patut mendapat apresiasi dan dukungan bersama karena bukankah kualitas suatu bangsa ditentukan oleh baik buruknya system pendidikan? Tentu yang dimaksud adalah pendidikan berkualitas yang mampu “mencetak” manusia-manusia tangguh, kompeten, dan berdaya saing.
 Tentu indikator penilaian baik buruknya pendidikan tidak hanya diukur sebatas pada pengembangan intelektual saja, akan tetapi harus diimbangi dengan pengembangan spiritual emosional agar terbentuk generasi yang intelek dan berkarakter. Tahun ini system pendidikan melalui kurikulum 2013 telah merancang dan menerapkan formulasi baru dengan misi membentuk karakter sebagai wujud penyeimbangan yang diharapkan. Inilah harapan baru di dunia penidikan kita yaitu harapan baru bagi generasi-generasi baru.
Penguatan karakter penting dilakukan agar fondasi pendidikan kita semakin kuat. Sehingga selain sebagai pengembangan mental spiritual, juga merupakan modal dan investasi sosial ditengah zaman yang penuh dengan godaan. Banyak contoh yang disuguhkan kepada kita melalui berbagai macam media tentang hal-hal yang bertentangan dengan karakter bangsa kita sesungguhnya. Ada kasus korupsi, ada kasus narkoba, pemerkosaan, penipuan, pencurian dan perbuatan-perbuatan amoral lainnya. Salah satu perbuatan yang membuat kita prihatin adalah kasus korupsi yang banyak menyeret orang-orang yang notabene intelek dan berpendidikan. Melihat rentetan kasus korupsi yang melibatkan orang-orang terdidik muncul pertanyaan dibenak kita apakah ini karakter pendidikan bangsa yang sesungguhnya? Tentu tidak, karena sejatinya pendidikan bukan hanya mencerdaskan kehidupan bangsa tetapi juga mengamalkan nilai-nilai moral dan spiritual yang konsisten dan baik.
Tentu kita tidak ingin menjadi contoh dari perbuatan-perbuatan yang mengabaikan nilai-nilai hakiki pendidikan. Karena predikat “manusia berkualitas” hanya pantas disematkan bagi orang-orang yang memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan mental, dan kecerdasan spiritual. Akhirnya semoga dengan kurikulum baru yang menitikberatkan pada penguatan karakter ini dunia pendidikan kita dapat menghasilkan manusia yang cerdas dan berkarakter.

Rabu, 06 Maret 2013

TIU SEBANGKA DESA MAPIN REA




Rabu, 06 Februari 2013

“TIU SEBANGKA” TENGGELAM DALAM LUMPUR JALAN



Namanya desa Mapin Rea yang berada paling ujung di bagian selatan Kecamatan Alas Barat yang merupakan kecamatan pemekaran dari kecamatan Alas yang menjadi kecamatan induknya. Desa Mapin Rea tak lebih dari sebuah desa terpelosok jika kita melihat dari letaknya yang berada di ujung. Tetapi  “terpelosoknya” desa Mapin Rea sangat berbeda dengan desa-desa lain yang senasib yakni desa terpelosok yang berada di Kecamatan lain di Kabupaten Sumbawa Sabalong Samalewa Intan Bulaeng ini.
            Dulu desa Mapin Rea sangat terkenal, bukan karena terpelosoknya tetapi karena potensi Sumber Daya Alam yang dimilikinya dan memang terkenal sebagai salah satu desa yang tersubur di kecamatan Alas Barat. Bukan hanya itu, Desa Mapin Rea lebih dikenal di dunia luar dengan desa “TIU SEBANGKA”. Kenapa demikian? Karena konon katanya dari cerita sesepuh desa bahwa salah satu potensi besar yang dimiliki desa Mapin Rea adalah “Waterfall Tiu Sebangka”. Konon ceritanya sampai dinamakan Tiu Sebangka adalah karena pada zaman dahulu air terjun ini sering dikunjungi muda-mudi untuk rekreasi. “Sebangka” sendiri diambil dari kata “sebage/manjeng” atau dalam bahasa Indonesia berarti pacar atau berpacaran.  Di tiu sebangka dulu juga sering didatangi oleh pasangan pengantin yang baru resepsi bersama keluarga besar kedua mempelai dan tentunya bersama muda-mudi yang lainnya pergi untuk “BOLANG ODAK”. Meskipun jarak tempuh menuju pusat pemandian Tiu Sebangka cukup jauh dari pemukiman penduduk, tetapi tidak mengurungkan niat para tamu yang haus akan keindahan sungai yang asri itu. Jarak dari pemukiman warga sekitar kurang lebih 5 KM dan bisa diaskes menggunakan kendaraan bermotor. Sungguh banyak cerita dari keberadaan Tiu Sebangka dan efek yang dirasakan oleh warga desa Mapin Rea khususnya, karena setiap hari-hari besar dan libur sekolah pemandian Tiu Sebangka selalu dipadati pengunjung baik yang datang dari desa di sekitar kecamatan Alas Barat mapun pengunjung yang datang dari luar kecamatan Alas Barat yang secara tidak langsung berimbas kepada para pedagang yang berada di desa Mapin Rea dan tentu perputaran ekonomi cukup baik saat itu semenjak tiu sebangka masih benar-benar dianggap ada. Tentu hal semacam ini sangat dirindukan oleh warga desa Mapin Rea saat ini karena  banyak harapan dengan hidupnya kembali Tiu Sebangka dalam artian masih dikenal dan dikunjungi seperti dulu.
            Kehadiran Tiu Sebangka dari dulu memang sangat bermanfaat bagi warga desa Mapin Rea dan sekitarnya bukan hanya dari potensi wisata yang dimilikinya, akan tetapi kehadiran Tiu Sebangka menjadi penting sebagai daerah resapan air dan penyuplai air untuk sawah dan ladang bagi warga desa yang sebagian besar bermata pencarian sebagai petani . Tiu Sebangka salah satu aset desa Mapin Rea terlebih kecamatan Alas Barat yang sungguh mubasir jika kurang bahkan tidak diperhatikan karena sungguh langkah potensi semacam itu. Memang Tiu Sebangka tak sebesar dan sepopuler objek wisata lain diluar sana. Tidak menutup kemungkinan bukan? Tiu sebangka akan lebih besar gaungnya, akan lebih pamor jika diperhatikan dan diberikan fasilitas seperti objek wisata lain. Bagaimana tidak, jangankan berkunjung ke tiu sebangka, ke Mapin Rea pun orang luar akan berpikir panjang untuk pergi jika tidak karena persoalan mendesak dan persoalan keluarga karena akses jalan yang masih “compang-camping” itu. Kini desa Mapin Rea yang kaya potensi itu tidak lagi dikenal sebagai desa Tiu Sebangka karena desa Mapin Rea saat ini dan tak tahu kapan berakhirnya lebih dikenal dengan predikat desa lenge ola (jalan rusak). Oh…. Tiu sebangka, riwayatmu kini, pamormu yang dulu tenggelam sudah oleh lumpur jalan yang persis sama dengan warna air bah itu. Dan semoga predikat desa “lenge ola” itu cepat berakhir dank au Tiu Sebangka mampu menggema kem

Template by : kendhin x-template.blogspot.com