Kamis, 07 Maret 2013

Kurikulum 2013 Penguat Karakter Bangsa



*Oleh : Fitrah Dany
*Kordinator Departemen Pendidikan & Penalaran di Forum Komunikasi Pemuda Pelajar Mahasiswa Sumbawa (FKPPMS)-Mataram NTB 


Setiap masa di suatu Negara atau wilayah memiliki perkembangan sendiri, tidak terkecuali di Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat. Mencermati perkembangan akhir-akhir ini, geliat perkembangan pendidikan khususnya di Nusa Tenggara Barat yang dikenal dengan sebutan Bumi Gora cukup baik. Dalam beberapa kurun waktu belakangan ini banyak kalangan yang menilai bahwa dunia pendidikan di NTB tidak menampakkan hasil yang begitu memuaskan. System berganti system sampai diluncurkannya berbagai macam kurikulum yang ada masih belum cukup mendongkrak kualitas pendidikan yang diharapkan. Merancang bangunan pendidikan yang ideal tentu tak semudah membalikkan telapak tangan. Berbagai upaya dan strategi yang dirumuskan oleh pemerintah selalu mendapat hambatan dan masalah dalam praktik system pendidikan itu sendiri. Hambatan yang tidak jarang kita temui adalah masih lemahnya kualitas tenaga pendidik yang ada, sarana dan prasarana yang belum memadai serta anggaran pendidikan yang belum mampu menunjang pelaksanaan system pendidikan itu sendiri.
 Berbagai program pemerintah yang telah diluncurkan mulai dari yang bersifat fisik dan non fisik, seperti pendidikan wajib 9 tahun, pendidikan gratis, Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Operasional Sekolah (BOS) dengan harapan mampu mensinergikan sekaligus untuk mendongkrak kualitas pendidikan itu sendiri. Dan yang tidak kalah penting adalah ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup memadai di sekolah untuk menunjang proses belajar mengajar. Hal ini juga tidak luput dari perhatian pemerintah meskipun belum maksimal dalam merealisasikannya, karena kita bisa melihat kurang meratanya fasilitas sarana dan prasarana penunjang terutama di sekolah-sekolah terpencil.
Berbagai program tersebut tidak akan berjalan lancar tanpa dukungan semua komponen yang ada, mulai dari masyarakat yang nantinya akan berperan penting dalam mengontrol dan mengawasi semua bantuan yang “di gelontorkan” pemerintah ke sekolah-sekolah. Karena masyarakat sendiri sadar bahwa selain dapat membantu meringankan beban biaya sekolah anak-anaknya dengan bantuan pendidikan tersebut juga lebih merasa bertanggung jawab akan kesuksesan dunia pendidikan. Meskipun tidak sedikit kita lihat orang-orang disekitar yang acuh terhadap perkembangan dunia pendidikan dengan persepsi dan alasan masing-masing yang terkadang tak rasional dilontarkan.
Di sisi yang lain, pihak sekolah tidak akan direpotkan lagi mengenai biaya operasional yang harus disiapkan dalam menjalankan program-program yang telah dirancang bersama. Sekali lagi karena adanya perhatian lebih pemerintah terhadap dunia pendidikan. Hal ini patut mendapat apresiasi dan dukungan bersama karena bukankah kualitas suatu bangsa ditentukan oleh baik buruknya system pendidikan? Tentu yang dimaksud adalah pendidikan berkualitas yang mampu “mencetak” manusia-manusia tangguh, kompeten, dan berdaya saing.
 Tentu indikator penilaian baik buruknya pendidikan tidak hanya diukur sebatas pada pengembangan intelektual saja, akan tetapi harus diimbangi dengan pengembangan spiritual emosional agar terbentuk generasi yang intelek dan berkarakter. Tahun ini system pendidikan melalui kurikulum 2013 telah merancang dan menerapkan formulasi baru dengan misi membentuk karakter sebagai wujud penyeimbangan yang diharapkan. Inilah harapan baru di dunia penidikan kita yaitu harapan baru bagi generasi-generasi baru.
Penguatan karakter penting dilakukan agar fondasi pendidikan kita semakin kuat. Sehingga selain sebagai pengembangan mental spiritual, juga merupakan modal dan investasi sosial ditengah zaman yang penuh dengan godaan. Banyak contoh yang disuguhkan kepada kita melalui berbagai macam media tentang hal-hal yang bertentangan dengan karakter bangsa kita sesungguhnya. Ada kasus korupsi, ada kasus narkoba, pemerkosaan, penipuan, pencurian dan perbuatan-perbuatan amoral lainnya. Salah satu perbuatan yang membuat kita prihatin adalah kasus korupsi yang banyak menyeret orang-orang yang notabene intelek dan berpendidikan. Melihat rentetan kasus korupsi yang melibatkan orang-orang terdidik muncul pertanyaan dibenak kita apakah ini karakter pendidikan bangsa yang sesungguhnya? Tentu tidak, karena sejatinya pendidikan bukan hanya mencerdaskan kehidupan bangsa tetapi juga mengamalkan nilai-nilai moral dan spiritual yang konsisten dan baik.
Tentu kita tidak ingin menjadi contoh dari perbuatan-perbuatan yang mengabaikan nilai-nilai hakiki pendidikan. Karena predikat “manusia berkualitas” hanya pantas disematkan bagi orang-orang yang memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan mental, dan kecerdasan spiritual. Akhirnya semoga dengan kurikulum baru yang menitikberatkan pada penguatan karakter ini dunia pendidikan kita dapat menghasilkan manusia yang cerdas dan berkarakter.

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com